Rabu, 18 Februari 2015

Mirisnya Kondisi Bangsa Indonesia Pasca Reformasi

Demokrasi yang diharapkan mampu membawa perubahan pasca terjadinya reformasi membuat rakyat ternyata hanya bisa mengelus dada. Keterbukaa media dan informasi sebagai isyarat negara demokrasi seolah-olah kita melihat keburukan wajah pimpinan elit bangsa. sebuah harapan yang ternyata lebih buruk dihadapkan dengan sebuah kenyataan yang menyakitkan. kemiskinan yang tak kunjung menurun, minimnya pendidikan yang masih rata-rata 7,5 tahun. tindak kriminalitas yang tinggi dan tindak korupsi seperti hal biasa dalam media.
Saat ini indonesia telah mengalami tiga kali pemilu langsung untuk menentukan presiden sesuai dengan kehendak rakyat akan tetapi faktanya seolah-olah adanya presiden ataupun tidak adanya presiden seolah-olah tidak memiliki pengaruh. biaya pendidikan yang memang harus ditanggung oleh sendiri biaya sembako yang semakin hari semakin meroket harganya. Bagaimana rakyat hari ini hanya bisa berdoa dan pasrah sepertinya.
bangsa Indoesia yang begitu besar dan dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa sepertinya begitu sulit memiliki pemimpin yang sebagai pemimpin umat dan bangsa. Para elit politik yang lupa ataukah mereka seorang penghianat yang asik dengan fasiltas uang rakyat. disatu sisi anak bangsa yang saat ini seolah-olah tidak paham akan peran dan fungsinya sebagai regenerasi kepemimpinan masa yang akan datang disibukan dengan dunia kesenangannya sendiri. lupa akan perjuangan para pendahulu yang berangkat dari penderitaan rakyat atas kedzoliman penjajah. namun itu dianggap hanyalah masa lalu yang seolah-olah lewat begitu saja. sungguh memprihatinkan memang bangsa ini, bangsa yang sedang sakit, bangsa yang harus diobati namun tidak mau untuk diobati. 
pergerakan yang dulu berangkat dari kedzaliman sang penjajah berniat untuk selalu ingin lepas dari belenggu penjajah. hal itulah yang diawalai kesadaran akan para pemuda-pemuda yang berjiwa pejuang. niat dan landasan yang benar-benar diperjuangkan dalam hati mereka membuat kuat keyakinan akan suatu kemerdekaan. jika melihat hari ini dimana begitu banyak organisasi masyarakat, kepemudaaan, keagamaan, dan partai politik tak lebih niatannya hanya ada dalam sebuah AD/ART yang mereka buat, tidak mengakar pada jiwa mereka. itulah yang mempermudah mereka tergoyah oleh sebuah godaan untuk kepentingan sendiri. sungguh memprihatinkan.
untuk itu dibutuhkan sebuah kesadaran yang tinggi terhadap suatu generasi muda yang saat ini masih bugar, masih bisa berfikir jernih, masih belum terkontaminasi, dan masih ada iman dalam hati untuk melakukan sebuah perubahan yang memang dilandaskan pada ketidakadilan yang terjadi. saatnya untuk bangun bahwa saat ini bukanlah negara yang menentukan suatu bangsa. saatnya bangsalah yang memang menentukan sebuah negara. dimana sejarah juga telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia telah terlahir pada tanggal 28 Oktober 1928 atas niatan untuk mengangkat harkat dan mertabat hidup Rakyat Indonesia. begitu pula dalam penentapan dasar indonesia merdeka yang pada 1 Juni 1945 tak ubahnya sebagai dasar falsafah bangsa Indonesia. 17 Agustus 1945 merupakan sebuah kemerdekaan bangsa yang begitu jelas dalam teks proklamasi "Kami Bangsa Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan Indonesia....." artinya bukan negara yang merdeka tetapi sebuah bangsa Indonesia yang telah lahir 28 oktober untuk menyatakan kebebasannya dalam menentukan nasibnya sendiri. 18 agustus 1945 barulah bangsa membentuk sebuah negara dengan dipilihnya soekaro dan hatta sebagai presiden dan wakil presiden, disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi. yang mana kedua isyarat itu sebagai simbol dimana rakyat, wilayah yang telah ada barulah membentuk pemerintah sebagai syarat adanya negara.
Jadi jelas sudah saatnya bangsa yang menentukan sebuah negara, rakyatlah yang menentukan pemerintahan, rakyatlah yang menentukan sebuah negara. bukan nitisumitro, bukan jokowi untuk Indonesia, bukan SBY untuk Indonesia. tapi Indonesia untuk semua, semua untuk Indonesia

Jumat, 13 Februari 2015

DEMOKRASI SISTEM YANG BURUK

Demokrasi adalah sebuah sistem yang anarkis secara sistematis. mungkin itulah sebuah definisi yang cocok bagi demokrasi. hal itu terbukti pada dasarnya bangsa Indonesia tidak menghendaki demokrasi. Indonesia lebih mengenal sistem ngerembuk atau musyawarah, dimana setiap orang dipersilakan untuk bicara dan memberi pendapat. hal itu berarti dalam musyawarah lebih mengutamakan isi kepala. sedangkan dalam sistem demokrasi lebih mengutamakan menghitung isi kepala dalam memecahkan masalah. 
demokrasi yang dikehendaki oleh para Founding father adalah sebuah demokrasi Indonesia demokrasi yang berdasarkan kearifan lokal, bukan demokrasi ang berasal dari barat. dimana demokrasi barat lahir dari kontruksi masyarakat yang individualis yang berkelanjutan pada liberal. hal itu jelas tidak sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang merupakan majemuk, hidup dalam kekeluragaan, gotong royong dan saling menghargai. dalam memecahkan masalah selalu diutamakan adalah ngerembuk bukan berdasarkan voting. 
jikalau kita melihat sejarah demokrasi yang terlahir dari revolusi Prancis tidak ubahnya sebuah revolusi borjuis yang menggunakan tangan rakyat. demokrasi yang dikatakan sebuah pemerintahan rakyat hanyalah sebuah nama namun eksistensinya bukan rakyat yang memerintah akan tetapi kelas atas dan borjuislah yang memerintah. hal itu terlihat dari pemilu tahun 2004, 2009 dan 2014 tak ada perubahan signifikan yang merubah kehidupan rakyat. Tetaplah rakyat sendiri yang harus berjuang untuk menyambung hidup.
demokrasi telah menghabuskan orang-orang yang berilmu, hal itu terbukti dengan adanya sistem pemilu setiap orang bisa mencalonkan sebagai penguasa tanpa melihat ilmu kenegaraan, ilmu agamanya, ilmu bangsa, ilmu yang seharusnya sesuai dengan kebutuhan rakyat. akan tetapi dalam administrasi bisa memenuhi syarat yang telah ditentukan. terlebih dalam mencalonkan diri membuuhkan biaya kampanye yang tidak sedikit. seperti membuat spanduk, kunjungan wilayah untuk mengperkenalkan diri. mereka yang mencalonkan diri adalah orang-orang yang notabennya adalah pengusaha, serta melakukan dana pinjaman dari berbagai sumber sebagai modal kampanye. 
orang-orang yang notabennya berilmu berfikir panjang untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat ataupun penguasa. kebanyakan orang berilmu lebih kepada mendidik anak bangsa. seperti di lingkup kampus, pesantren, dan lingkungan akademesi lainnya. 
demokrasi sepertinya memang didesain untuk memusnakan orang-orang yang berilmu, bukankah ada sebuah pepatah ketika kepemimpinan sudah tidak lagi diserahkan kepada ahlinya akan hancur suatu bangsa? hal itulah yang terjadi saat ini. demokrasi yang telah dijalankan seolah-olah dipimpin oleh oraqng-orang yang tidak berilmu. adapun orang yang berilmu ketika dalam parlemen atau pemumungatan suara akan kalah kalau diadu dengan banyaknya orang yang tak berilmu. contohnya; seorang profesor memiliki hak satu suara akan kalah dengan dua orang yang tidak berpendidikan yang sama-sama meiliki satu suara.
inilah yang sebenarnya dikawatirkan oleh founding father dalam pidato pancasila 1 Juni 1945 Ir Soekarno yang mengatakan jika kita hendak mengambil sistem demokrasi janganlah menggunakan sistem demokrasi dari barat. Ini sebagai pertanda bahwa sejatinya demokrasi adalah sebuah sistem yang buruk yang memusnakan orang-orang yang berilmu.
pemerintahan yang baru setelah dilantiknya presiden 20 Oktober 2014 sampai saat ini tidak ada perubahan yang signifikan. masalah demi masalah bermunculan. mulai dari kisru perubatan pimpinan alat-alat pelengkap DPR antara dua kubu koalisi. ditambah pernyataan kontroversi para menteri-menteri, sampai pertempuran dua lembaga penegak hukum antara KPK dengan Polri yang diawali dengan sebuah pengesahan calon Kapolri baru yang lolos seleksi padahal telah ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka rekening gendut.
Alampun marah terhadap bangsa Indonesia atas perbuatan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin bangsa. ketika pemilu presiden pertama kali pada tahun 2004 alam ikut menegur dengan tsunami di Aceh yang menewaskan 100.000 orang. apakah ini berkaitan dengan hal tersebut hanya tuhan yang tahu. namun pada kebenaran sejarah bangsa Indonesia adalah satu-satunya yang menetapkan bangsa terlahir, merdeka dan membentuk negara. artinya bahwa bangsa (rakyat dan wilayah) yang menentukan negara. sementara pemilu adalah negara yang menentukan bangsa.

Rabu, 05 Juni 2013

PARTAI DAN PEMILU BUAT HANCUR BANGSA INDONESIA

BANGSA INDONESIA sudah merdeka lebih dari setengah abad tetapi SAMPAI SAAT INI bangsa Indonesia masih dalam ketepurukan. 15 tahun kita reformasi tetapi kita juga tetap masih dalam terpuruk. kalau orang bilang perekonomian kita naik 6% itu naik bukan buat bangsa atau rakyat bangsa ini, tetapi perekonomian bangsa ini naik buat orang-orang kaya, pejabat, dan pihak asing yang menanamkan modalnya. pemilu sudah kita terapkan pada hampir lebih dari 15 tahun tetapi tetap belum menghasilkan pemimpin yang kita sebut sebagai suri teladan.
partai sebagai percetakan kader hanya sebagai wadah mencetak kader-kader yang melakukan penghianat pada bangsa ini. banyak yang melakukan korupsi dari orang-orang partai tidak termasuk partai agamapun sekalian. makanya sudah selaknya kita bubarkan partai dan tolak pemilu. kita gunakan musyawarah mufakat, stabilkan priambule, dan batang tubuh UUD 1945 sebelum amandemen.